Portal Nawacita

Bersatu Kita Maju

Taat Pada Pemimpin adalah Perintah Al-Qur’an

Kepatuhan kepada pemimpin merupakan suatu kewajiban sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an dan Hadits sangat banyak sekali. Dalil di dalam Al-Qur’an di antaranya adalah firman Allah ta’ala:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.” (QS. An Nisa’ [4]: 59)

Selain itu melalui lisan Nabinya juga telah mengajarkan bagaimana kita bermuamalah dengan pemerintah atau penguasa. Sebagian kalangan bersikap keras sehingga mudah mengkafirkan. Sebagian lagi bersikap lembek. Sikap terbaik yang menjadi akidah seorang muslim adalah tetap menasehati penguasanya dengan baik tatkala mereka tergelincir. 

Kutipan ayat ini terkait semakin kuatnya provokasi dari elite politik dan pengusung ideologi Khilafah yang satu irisan berencana menggulingkan pemerintah sah dengan jargon People Power. Padahal di Islam sudah mengajarkan bagaimana penyampaian nasehat disalurkan dengan cara yang baik, bukan dengan menyebarkan aib, mencela atau menghasut rakyat memakai cover agama di depan umum. Juga prinsip penting dalam muamalah dengan penguasa adalah tetap mentaati mereka selama mereka masih muslim, bahkan walaupun mereka berbuat zholim sekalipun. 

Syaikh Al- Izz bin Abdus Salam dalam kitabnya “Syajaratul Ma’rif‘ menuliskan, taat kepada pemimpin yang adil sesuai perintah Rasulullah SAW. Beliau bersabda kepada Abu Hurairah.

“Wajib atasmu untuk mendengar dan mentaati pemimpin yang adil dalam sulit dan lapangan dalam keadaan semangat atau dalam keadaan engganmu atau berat atasmu.” (HR.Muslim 1835, Abu Hurairah).

Rasulullah SAW bersabda, “Jika ada seseorang yang memimpin kalian dari seorang budak yang beruntung dan memimpin kalian dengan kitab Allah maka dengarkanlah dia dan taatilah.” (HR muslim 1298 dari Ummul Husein Ra).

Ubah dah bin Shamit ra berkata, “Kami berbaiat pada Rasulullah SAW untuk mendengar dan taat dalam kondisi kami yang sedang semangat ataupun enggan, dalam keadaan lapang ataupun sempit, atau orang yang semena-mena kepada kami dan agar kami tidak merebut kekuasaan darinya.”

Kemudian dia berkata: “Kecuali engkau lihat padanya kekafiran yang nyata yang engkau dapat penjelasan dalam agama Allah.”  (Al Bukhari 7056 dan Muslim 1709 dari Uba’dah bin Shamit ra).

Diriwayatkan, “Dan kami diperintahkan mengikuti kebenaran di manapun kami berada dan tidak takut atas kesalahan orang yang suka mencela” ( HR. Al-Bukhori 7200 dan Muslin 1709 dari Ubadah bin Shamit). Oleh karena itu, sebagai ummat Islam jangan mudah untuk terpengaruh dengan ajakan kelompok antipati dan membenci pemerintah. Padahal sesungguhnya mereka memiliki syahwat politik berkuasa tapi memakai agama sebagai pemoles untuk mencapai tujuannya tersebut.

*)Ahmad Zaki (aktivis PMII/Mahasiswa UIN Surabaya)