Portal Nawacita

Bersatu Kita Maju

Peningkatan Kesembuhan Pasien Covid-19, ini Tiga Faktor Penyebabnya

PortalNawacita – Di tengah kenaikan kasus Covid-19 setiap harinya, tingkat kesembuhan pasien ternyata juga semakin meningkat. Untuk data harian per Sabtu, 1 Agustus 2020, tingkat kesembuhan pasien terinfeksi mencapai 61,8 persen.

Persentase ini diperoleh dari perbandingan total jumlah pasien sembuh dan total kasus terkonfirmasi. Pada 1 Agustus 2020, total pasien sembuh mencapai 67.919 orang. Sementara total terkonfirmasi mencapai 109.936 orang.

Tingkat kesembuhan pasien ini naik dari hari sebelumnya. Pada 31 Juli 2020, persentase kesembuhan pasien mencapai 60,8 persen. Total pasien sembuh 65.907 orang dan total kasus terkonfirmasi 108.376.

Jika ditarik lebih jauh pada 1 Juli 2020, total pasien sembuh sebanyak 25.595 orang. Sementara total kasus terkonfirmasi mencapai 57.770 orang. Dengan begitu, persentase kesembuhan pasien saat itu hanya 44,3 persen. Artinya dalam satu bulan, meningkat dari 44,3 persen menjadi 61,8 persen pada 1 Agustus 2020.

Secara rata-rata per bulan, perkembangan persentase kesembuhan pasien sejak Maret 2020, yaitu sebagai berikut:

1. Maret 8,33 persen
2. April 9,79 persen
3. Mei 21,97 persen
4. Juni 37,19 persen
5. Juli 47,88 persen

Mengapa hal ini terjadi?

1. Kemampuan Tenaga Medis Meningkat

Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Budi Gunadi Sadikin mengatakan sudah terjadi peningkatan kemampuan tenaga medis dalam menangani pasien Covid-19. Peningkatan ini terjadi setelah hampir lima bulan sudah para tenaga medis berjibaku menangani para pasien setiap hari.

Dulu saat pertama outbreak (2 Maret 2020), tenaga medis belum tahu cara menangani yang benar,” kata Budi Gunadi dalam acara Ini Budi di channel YouTube Tempodotco di Jakarta, Sabtu, 1 Agustus 2020.

Setelah terus-terusan menangani pasien, perlahan mereka mengetahui apa yang harus benar-benar dilakukan. Vaksin memang belum ditemukan. Akan tetapi, obat-obatan yang ada telah membuat puluhan ribu orang berhasil sembuh.

2. Mengandalkan Obat-obatan Eksisting

Perlu dicatat, 65 ribu orang yang pernah terinfeksi virus ini sembuh di saat vaksin belum ditemukan. Menurut Budi Gunadi, salah satu penyumbangnya adalah terapi Covid-19 yang semakin membaik.

Kesembuhan pasien ini dilakukan dengan kombinasi obat antiviral, antibiotik, dan antiinflamasi. Dulu, kata Budi Gunadi, saat Januari hingga Maret 2020, tenaga medis tidak mengerti apa obat yang harus digunakan.

Saat ini semuanya sudah ada dan bisa membawa pasien sembuh. Berdasarkan informasi yang diterima Budi Gunadi dari tim medis, kematian pasien banyak terjadi karena mereka mengeluarkan reaksi antibodi yang sangat besar. Potensi ini yang kemudian ditekan dengan Hydroxychloroquine.

Sejak 15 Juni 2020, pakar epidemiologi dan informatika penyakit menular Dewi Nur Aisyah juga mengatakan pasien Covid-19 yang memiliki fatalitas tinggi hingga meninggal dunia biasanya karena memiliki komorbit atau penyakit penyerta.

“Misalnya penyakit ginjal, dari hasil analisis diketahui berisiko tertular Covid-19 dengan fatalitas tinggi. Begitu juga seseorang yang memiliki imunitas rendah, misalnya karena HIV, lupus, dan lain-lain,” kata Budi Gunadi.

3. Deteksi Dini

Di sisi lain, tes polymerase chain reaction atau PCR semakin meningkat. Konsekuensinya, penabahan kasus memang terjadi. Tapi di sisi lain, pasien yang terjangkit virus bisa dideteksi lebih awal.

“Jadi bisa di-treat lebih dini, peluang selamatnya tinggi,” kata Budi Gunadi. Sebab, ketika pasien itu telah mematuhi protokol kesehatan tapi tetap tertular, RS semakin lebih siap menghadapi mereka, ketimbang di awal masa pandemi.

Di DKI Jakarta misalnya, Gubernur Anies Baswedan mengatakan, sebanyak 39.268 orang baru telah dites polymerase chain reaction atau PCR dalam satu pekan.

Angka tes di Jakarta tersebut diklaimnya telah melampaui standar yang diterapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO. WHO memberikan standar seribu orang dalam setiap minggu.

“Itu kira-kira kalau dihitung ekivalennya adalah 3.688 orang per sejuta penduduk dalam seminggu,” kata Anies Baswedan dalam video yang diunggah di YouTube Pemerintah DKI Jakarta, Jumat petang, 24 Juli 2020.

Tempo juga mencoba membandingkan persentase pasien meninggal dan kasus aktif. dalam sebulan terakhir, dari 1 Juli hingga 1 Agustus 2020. Perkembangannya adalah:

Persentase pasien meninggal:
1 Juli 2020: 5 persen
1 Agustus 2020: 4,7 persen

Persentase kasus aktif (pasien dirawat):
1 Juli 2020: 50,6 persen
1 Agustus 2020: 33,4 persen

Perhitungan ini yang juga digunakan dalam pengumuman oleh Satuan Tugas Penanganan Covid-19. Data ini berasal dari perbandingan antara total pasien meninggal dan kasus aktif. Dari data ini terlihat bahwa sebulan terakhir, persentase pasien meninggal dan kasus aktif mengalami penurunan.[*]

Tempo.co