Portal Nawacita

Bersatu Kita Maju

Panen Kopi di Musim Pandemi, Harga Jual Kian ‘Pahit’

PortalNawacita – Datangnya musim panen kopi tahun ini tidak serta merta membuat para petani gembira. Selain hasil panennya berkurang dibanding tahun sebelumnya, pandemi virus Corona atau Covid-19 juga ikut berimbas pada pendapatan mereka lantaran harga jualnya cenderung menurun.

Sejumlah petani kopi di banyak daerah mengeluhkannya.

Sujudi, salah satu petani kopi di Kendal, mengatakan turunnya hasil panen kopi tahun ini, dikarenakan musim yang tidak menentu. Sedangkan anjloknya permintaan diduga karena ada wabah virus corona.

“Tahun ini sering hujan, jadi banyak kopi yang rontok. Pembeli kopi juga turun hampir 50 persen, karena pandemi covid 19,” kata Sujudi sebagaimana dirilis Kompas, Jumat (10/07/2020).

Gusti Rupa, petani sekaligus pengolah kopi arabika Kintamani, Bali, juga mengelihkan hal yang sama. Menurutnya, di pertengahan musim panen saat ini, harga kopi di tingkat petani berkisar Rp6 ribu hingga Rp7 ribu per kilogram, sementara tahun lalu harganya berkisar Rp10 ribu hingga Rp11 ribu.

ilustrasi-agribisnis.co.id

“Jangankan ke luar negeri, ke luar daerah pun masih ragu ngirimnya,” aku Gusti dikutip balipost.com, Jumat (24/7/2020).

Pernyataan senada disampaikan Syarif Hidayat, petani kopi asal Tanggamus (Lampung) yang juga pengurus Gabungan Kelompok Tani Hutan (Gapoktanhut) Mitra Jaya Rindingan di Kecamatan Ulubelu, Tanggamus .

“Benar pak, saat ini kami sedang panen raya kopi, meskipun harganya cenderung turun, tapi kami masih berharap hasil panen tetap tinggi,” ujar Syarif dikutip dari Antara, Rabu, 29 Juli 2020.

Harga kopi di tingkat petani Tanggamus saat ini berkisar Rp17 ribu hingga Rp18.500 per kilogram (kg). Harga ini cenderung turun.

“Sekarang, harga kopi robusta asalan sekitar Rp18.500 per kg. Padahal, kopi yang kami produksi menjaga kualitas dengan cara memilih buah kopi merah (petik merah). Alangkah bahagianya petani kalau harga juga dapat sesuai dengan kualitasnya,” ujar Sri Wahyuni, pengelola usaha kopi bubuk di Pekon Ngarip, Kecamatan Ulubelu, Tanggamus.

Menurut Sri, biasanya, ada pembeli dari luar daerah yang mengambil hasil panen kopi. Namun, di tengah pandemi seperti ini, orang dari luar daerah tidak ada yang datang, sehingga penjualan merosot tajam.

Harga jual kopi sesungguhnya sudah menunjukkan tanda-tanda kelesuan semenjak awal 2020.

Pada perdagangan Jumat (17/1/2020), harga biji arabika untuk pengiriman Maret 2020 di bursa ICE Futures di New York berhasil membatasi penurunan mingguan ketiga berturut-turut menjadi US$1,1215 per pon.

Harga telah turun 19% dari puncaknya pada Desember 2019, hanya sedikit dari ambang 20% yang mendefinisikan pasar bearish.

“Karena panen lebih kecil tahun lalu, volume ekspor besar menyiratkan Brasil mungkin memiliki inventaris yang cukup,” ujar Presiden CeCafe Nelson Carvalhaes dikutip Bloomberg, Minggu (19/1/2020).

Turunnya harga jual kopi ditambah anjloknya produtivitas hasil panen menjadikan beban dipunggung kami semakin berat, karena kami memiliki keluarga yang mesti dihidupi.[*]