Portal Nawacita

Bersatu Kita Maju

Kata Peneliti Indonesia Soal Dugaan Konspirasi di Balik COVID-19

PortalNawacita – Penyebaran virus corona atau Covid-19 yang menjangkit di seluruh dunia tidak terlepas dari dugaan adanya konspirasi di balik terjadinya Covid-19.

Teori konspirasi yang cukup banyak diperbincangkan adalah tentang Covid-19 sebagai senjata biologi yang sengaja diciptakan oleh Tiongkok.

Teori ini menyebutkan bahwa Covid-19 sebgai pembunuh dan berasal dari kebocoran laboratorium di Wuhan, Tiongkok.

Tak hanya itu, teori konspirasi lain juga berseliweran seperti pendapat ilmuwan bernama dr. Judy Mikovits.

Dia mengatakan bahwa Covid-19 sebagai buatan dari perusahaan farmasi besar. Pengusaha Bill Gates dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dituding sebagai dalang di balik Covid-19.

Mengenai teori-teori konspirasi yang ada, peneliti virus dari Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, dr. Rizalinda Syahril mengatakan belum ada pembuktian mengenai hal ini.

“Saya dan peneliti lain sepakat belum ada bukti yang mendukung konspirasi tersebut. Ada beberapa video dan narasi di WhatsApp yang menyatakan kecurigaan pada conspiracy. Hal ini mungkin bisa terjadi, tapi kita tidak ada bukti,” ujar dia di sela diskusi via daring mengenai Covid-19, Kamis 28 Mei 2020.

Rizalinda menuturkan, secara alami virus SARS CoV-2 mungkin mengalami evolusi sehingga jika virus ini bisa bertahan melawan seleksi alam, maka justru akan menimbulkan penyakit.

Virus ini sudah dikenal sejak 1965 dan saat itu menginfeksi mamalia dan burung, lalu memunculkan gejala enteritis pada sapi dan babi, seperti pendarahan, demam, muntah hingga keluarnya cairan cairan seperti lendir dari rektum. Virus lalu menyebabkan infeksi saluran napas atas pada ayam dan manusia.

“Virus menyebar ke berbagai wilayah, Amerika, Eropa, disebabkan transmisinya tidak dihentikan akhirnya mengenai banyak daerah,” kata Rizalinda.

Dari sisi karakteristik, SARS CoV-2 memiliki kecepatan transmisi 2-3,5 yang berarti 2-4 orang akan sakit karena 1 orang yang terinfeksi dengan sifat super spreader artinya mudah sekali menular.

“Virus juga super shedder, ketika ada virus di tubuh orang, virus dikeluarkan dari saluran napas atau lainnya sekalipun tanpa gejala. 12,6 persen penularan terjadi sebelum ada gejala pada pasien sumber. 2-3 hari orang sudah bisa sakit sejak bertemu orang sumber infeksi,” jelas Rizalinda.

Kemampuan transmisi pra-gejala menjadi alasan mengapa sangat penting melakukan social distancing dan tidak berkumpul di tempat ramai.

Cara penularan virus pun dari orang ke orang lain melalui percikan dari batuk atau bersin, airborne atau tindakan yang memunculkan aerosol, sentuhan fisik, kemudian penularan dari orang tanpa gejala dan dari hewan peliharaan.[*]

Antara