Portal Nawacita

Bersatu Kita Maju

Asian barista woman make a coffee at bar. Woman success to make coffee.

Hilirisasi Perkuat IKM Pengolahan Kopi

PortalNawacita – Indonesia menjadi negara penghasil kopi terbesar keempat di dunia setelah Brazil, Vietnam, dan Kolombia. Pada tahun 2019, produksi biji kopi Indonesia mencapai 729,1 ribu ton dengan nilai ekspor kopi olahan sebesar USD 610,89 juta. Pemerintah Indonesia terus mendorong hilirisasi yang dapat meningkatkan nilai tambah komoditas kopi nusantara lewat industri olahan.

“Perkembangan industri kopi olahan di tanah air masih sangat menjanjikan, mengingat potensi bahan baku dan upaya pemerintah  untuk mengoptimalkan konsumsi kopi di masyarakat,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita seperti yang dikutip dari laman resmi Kemenperin.go.id

Menteri Agus mengatakan sektor industri kecil menengah (IKM) memiliki peran besar dalam industri kopi dan olahannya. Industri olahan kopi juga mendorong munculnya kedai kopi mulai ukuran kafe, restoran, hingga gerai kecil. Hingga saat ini, tercatat sebanyak 1.204 unit usaha IKM kopi olahan yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

Kreativitas IKM kopi inilah, kata Menteri Agus, membuat kopi industri ini masih bisa bertahan di tengah pandemi virus corona atau covid-19 meski penjualannya menurun. Mengatasi penurunan penjualan, Kemenperin mendorong IKM kopi masuk dalam program e-Smart IKM sehingga bisa berjualan secara online.

Program e-Smart IKM merupakan upaya memberikan edukasi dalam pemanfaatan teknologi digital. Kemenperin telah menggandeng berbagai pemangku kepentingan guna menyukseskan e-Smart IKM, di antaranya dengan Bank Indonesia, Bank Negara Indonesia (BNI), Google, Asosiasi e-commerce (idEA), serta Kementerian Komunikasi dan Informatika. Di samping itu, Kemenperin berkolaborasi dengan platform e-commerce seperti Bukalapak, Tokopedia, Shopee, BliBli, Blanja.com, dan Gojek Indonesia.

Selain program tersebut, Kemenperin juga sedang merancang teknologi untuk meningkatkan kapasitas pengolahan kopi.  Balai Besar Industri Hasil Perkebunan Kemenperin di Makasar membuat mesin yang bernama Mini Point 4.0 yang bisa mengolah kopi dengan kapasitas 15-20 kg sekaligus.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Kemenperin Eko S.A. Cahyanto mengatakan mesin tersebut menjadi salah satu upaya hilirisasi komoditas hasil perkebunan seperti kopi.

“Kalau bergantung pada komoditas yang belum diolah, nilai tambahnya sedikit. Tapi kalau telah diproses, nilai tambahnya bisa 10 kali lipat,” kata  Eko.

Sementara itu, Kementerian Koperasi dan UKM melihat ada empat hal yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kapasitas pelaku IKM kopi. Staf Khusus Kemenkop M Riza Damanik mengatakan langkah pertama ialah menyelesaikan persoalan status lahan kopi sehingga meningkatkan daya produksi.

“Kami melihat ada 81 KUPS (Kelompok Usaha Perhutanan Sosial) di 17 provinsi yang berpotensi ditanami kopi,” kata Riza seperti yang dikutip dari laman resmi Depkop.go.id.

Selanjutnya, konsolidasi komunitas industri kopi perlu dilakukan. Tujuannya agar produk kopi yang dihasilkan sesuai dengan kemauan pasar.  Salah satunya adalah dengan menciptakan tenaga ahli pembuat kopi atau barista lewat kerja sama dengan Dewan Kopi, Asosiasi Duta Indonesia (ADI) fan Coffee Lovers Indonesia (CLI).

Ketiga, konsolidasi program kementerian dan lembaga pemerintah maupun sektor privat agar dapat melakukan pembinaan masyarakat sehingga menghasilkan produk yang berkualitas. Keempat, Riza menyebutkan penting melakukan konsolidasi pembiayaan agar pelaku industri kopi bisa mendapatkan modal untuk memperbesar usaha. Kemenkop menyebutkan salah satunya lewat Kredit Usaha Rakyat.

“Sekarang KUR 2020 sudah mencapai Rp 190 triliun. Platformnya naik dari 25 juta menjadi 50 juta. Bunganya sudah turun dari 7 persen ke 6 persen,” kata Riza.

Pengolahan kopi termasuk salah satu bagian dari industri makanan minuman yang merupakan komoditas unggulan tanah air. Tentunya, upaya menjadikan produk kopi Indonesia ke peringkat nomor satu di dunia membutuhkan kerja keras dan kolaborasi dari semua pihak. Kesempatan kolaborasi antara pemangku kepentingan di bidang industri kopi bisa dilakukan di Indonesia Development Forum.

IDF adalah konferensi internasional yang diselenggarakan oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) sejak tahun 2017. IDF menyediakan wadah bagi praktisi pembangunan di sektor publik, swasta, dan nirlaba untuk bertemu dan bertukar gagasan. Berbagai presentasi dari ahli dan praktisi yang mengangkat penelitian, wawasan, praktik cerdas dan pembelajaran, dari akar rumput sampai tingkat nasional, serta pengalaman internasional yang relevan bagi konteks Indonesia.

IDF menyediakan berbagai sesi interaktif, forum ini mendorong pemikiran dan pendekatan baru dalam menghadapi berbagai tantangan pembangunan utama Indonesia. IDF bertujuan mengumpulkan aktor-aktor pembangunan untuk menyusun agenda pembangunan Indonesia. Mereka berkumpul dan mengomunikasikan hasil penelitian dan bukti atas berbagai tantangan pembangunan dan solusi-solusi apa saja yang efektif untuk mengatasinya. Kolaborasi di IDF diharapkan dapat mengatasi persoalan-persoalan pembangunan Indonesia yang paling mendesak.[*]

indonesiadevelopmentforum.com