Portal Nawacita

Bersatu Kita Maju

Kepala Perwakilan Komnas HAM Papua, Frits Ramandey saat memberikan keterangan pers

Kepala Perwakilan Komnas HAM Papua, Frits Ramandey saat memberikan keterangan pers

Waspada Siasat Baru Sebby Sambom Lobby Komnas HAM jadi Mediator Pembebasan Pilot Susi Air

portalnawacita.com – Sebuah permintaan baru saja disampaikan oleh pihak Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat – Organisasi Papua Merdeka (TPNPB OPM) melalui juru bicaranya, Sebby Sambom kepada Komnas HAM perwakilan Papua berkaitan dengan pilot Susi Air yang hingga kini masih bersama kelompok Egianus Kogoya. Dalam keterangannya, Kepala Komnas HAM Perwakilan Papua, Frits Ramandey menjelaskan bahwa TPNPB OPM bersedia membebaskan pilot Susi Air melalui jalur negosiasi damai. Selanjutnya, TPNPB OPM juga meminta Komnas HAM perwakilan Papua untuk menjadi mediator dalam negosiasi tersebut. Selain itu, TPNPB OPM juga meminta Komnas HAM Papua mendesak TNI-Polri agar menghentikan operasi militer dan memonitor keberadaan Pilot Susi Air di Ndugama.

Untuk diketahui bahwa insiden penyanderaan Pilot Susi Air, Kapten Philip Max Mehrtens terhitung telah lebih dari 2 bulan sejak awal Februari lalu. Merespon adanya permintaan tersebut, Komnas HAM menyebut bahwa pihaknya memiliki mandat sesuai undang-undang untuk menjalankan fungsi mediasi. Menurut Frits Ramandey, sejak terjadinya penyanderaan pihaknya terus memantau perkembangan situasi melalui pemberitaan media. Tim Komnas HAM Papua di Wamena juga disebut sempat berkomunikasi dengan sejumlah pihak untuk merundingkan pembebasan Kapten Marhtens. Dinilainya bahwa permintaan yang disampaikan Sambom merupakan sebuah kemajuan yang positif.

Indikasi Terdesaknya TPNPB OPM serta Mewaspadai Siasat Sebby Sambom

Tak ada asap maka tak ada api. Sebagai pihak yang kritis perihal masalah separatism Papua maka sudah sepantasnya untuk sedikit curiga bahwa munculnya permintaan dari TPNPB OPM melalui Sebby Sambom kepada Komnas HAM mengandung maksud dan tujuan tertentu. Seperti yang kita ketahui bahwa dari hari ke hari aparat gabungan terus melaksanakan pencarian posisi pilot Susi Air dengan perluasan wilayah, penebalan jumlah pasukan, hingga peningkatan penggunaan teknologi agar semakin presisi dalam mengetahui keberadaan sang pilot. Di sisi lain, upaya negosiasi yang melibatkan tokoh masyarakat dan Pj Bupati Nduga, Namia Gwijangge juga masih terus dilakukan. Menjadi dampak dari adanya sejumlah upaya tersebut, beberapa anggota dari kelompok OPM pimpinan Egianus Kogoya perlahan mulai terungkap dan tertangkap. Kabar terbaru sebagaimana diberitakan di sejumlah media, personel gabungan TNI-Polri baru saja mengamankan salah satu anggota OPM kelompok Egianus Kogoya bernama Yomce Lokbere yang terlibat dalam aksi pembakaran pesawat Susi Air, penyanderaan Pilot Kapten Philip, hingga pembakaran Camp Dolarossa serta kontak tembak dengan personel TNI Yonif Raider 700. Berdasarkan rekam jejaknya ke belakang, Yomce Lokbere diduga juga terlibat dalam penembakan SAM Air PK-SMG di Bandara Kenyam, Nduga. Kemudian pada Februari tahun ini, dirinya diduga terlibat pengancaman pekerja Puskesmas di Distrik Paro. Penangkapan tersebut menjadi pukulan telak bagi kelompok OPM dan pergerakannya yang semakin menyempit.  

Berdasarkan keterangan dari Kepala Satuan Tugas Penegakan Hukum Operasi Damai Cartenz, Kombes Pol I Gusti Gde Era Adhinata, diungkapkan bahwa berdasarkan hasil pengembangan perkara Yomce Lokbere, telah disita sejumlah senjata api dan ratusan butir peluru. Ditangkapnya Yomce Lokbere diharapkan akan mengurangi aksi kekerasan dari kelompok bersenjata. Adapun barang bukti yang diamankan tim Ops Damai Cartenz 2023 antara lain satu pucuk senjata api panjang AR 15, satu pucuk GLM, satu pucuk senjata api pendek FN, tiga buah magazen senpi pendek jenis HS-9, satu pucuk senapan angin, satu peluru GLM, 360 butir amunisi kaliber 5.56, 14 buah magazen senpi panjang, 14 butir amunisi revolver, 20 butir amunisi HS-9, satu buah parang, 2000 butir amunisi senapan angin, serta 10 butir amunisi hampa.

Namun satu hal yang masih terus diwaspadai bersama, utamanya dalam menerima sebaran informasi. Bahwa seperti menjadi kelihaian dari seorang Sebby Sambom, narasi yang keluar darinya selalu mengandung maksud tertentu untuk melindungi kelompoknya. Disebutnya bahwa upaya pencarian sang pilot tersebut sebagai operasi militer. Jelas bahwa yang dituju dari pernyataan tersebut adalah gaung hingga pihak internasional untuk menarik simpati bahwa di Papua sedang bergejolak. Tujuan akhirnya adalah perhatian khusus dari PBB. Maka adanya permintaan Sebby Sambom saat ini kepada Komnas HAM bisa diibaratkan pisau bermata dua. Menjadi sebuah kemajuan sekaligus kewaspadaan. Pasalnya diperkirakan tuntutan dari negosiasi damai tersebut tak akan jauh dari permintaan agar Papua lepas dari Indonesia. Permintaan tersebut juga muncul pasca momentum Sebby Sambom mendesak pemerintah menghentikan operasi militer di Nduga dalam sebuah video berdurasi 1,43 detik dimana dirinya didampingi Staff Umum Komnas TPNPB-OPM, Teryyanus Salto. Pemerintah melalui aparat keamanan dan pihak terkait perlu ekstra hati-hati dalam menerjemahkan permintaan negosiasi damai dari seorang Sebby Sambom.  

Belajar dari Sejumlah Pengalaman dalam Negosiasi Damai

Merunut pada kejadian negosiasi yang pernah dilakukan pemerintah Indonesia terhadap kelompok separatis. Diketahui bahwa mayoritas proses tersebut berakhir dengan keberhasilan. Namun tak bisa menampik bahwa dari sekian proses negosiasi tersebut pernah terjadi sejumlah kegagalan yang bahkan menimbulkan korban jiwa. Indonesia memiiki pengalaman orang-orang mumpuni seperti mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla yang terlibat langsung bernegosiasi damai antara Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) pada 2005. Kemudian juga terdapat mediator atau negosiator ulung seperti Farid Husain, yang menjadi salah satu anggota delegasi pemerintah Indonesia dalam perundingan dengan GAM di Helsinki.

Dalam konteks masalah Papua, hal yang hampir serupa pernah terjadi yakni pengalaman saat pembebasan sandera Mapenduma pada tahun 1996, tepat di wilayah yang sama dengan kejadian penyanderaan pilot Susi Air. Saat itu bahkan tidak terdapat mediator untuk bernegosiasi, yang ada hanya operasi militer sehingga berdampak menimbulkan sejumlah korban jiwa termasuk yang disandera. Peristiwa tersebut selanjutnya menjadi pelajaran penting bagi pemerintah Indonesia untuk lebih berhati-hati serta tidak gegabah dalam melakukan operasi pembebasan pilot Susi Air.  

Adanya permintaan dari TPNPB OPM melalui Komnas HAM agar terdapat negosiasi memang secara umum dinilai sebagai sebuah kemajuan daripada kondisi sebelumnya. Namun, sekali lagi perlu dicermati bahwa belajar dari sejumlah pengalaman terutama insiden Mapenduma. Pemerintah melalui aparat keamanan harus benar-benar memastikan bahwa adanya perundingan damai tersebut akan berakhir dengan hal yang terbaik serta tak menimbulkan korban sama sekali dari pihak manapun.

__

Agus Kosek

(Pemerhati Masalah Papua)