Portal Nawacita

Bersatu Kita Maju

Mewaspadai Dukungan Pihak Asing Terkait Papua Merdeka

Menyikapi persoalan di Papua, menurut Pengamat Intelijen, Stanislaus Riyanto bahwa kerusuhan di Papua dan Papua Barat bukan disebabkan oleh konflik yang terjadi di Surabaya pada 15 dan 16 Agustus lalu.

“Terkait kerusuhan Papua, konflik di Surabaya hanya sebagai pemicu bukan sebagai penyebab. Situasi ini diperkeruh dengan propaganda pihak asing, yaitu state actor (Vanuatu) dan non state actor (LSM dan NGO),” kata Stanislaus beberapa waktu yang lalu.

Disisi lain, dalam kurun waktu kebelakang datang dukungan untuk kemerdekaan Papua , yaitu dari Selandia Baru, namun kali ini berasal dari sebelas anggota parlemen yang terdiri dari empat partai politik, yakni Partai Hijau (Catherine Delahunty, Barry Coates, Mojo Mathers, Jan Logie dan Steffan Browning), Partai Buruh (Louisa Wall, Carmel Sepuloni, Adrian Rurawhe, dan Aupito S’ua William Sio), Partai Nasional (Chester Burrows), dan Partai Maori (Marama Fox). Kesebelas perwakilan tersebut menandatangani Deklarasi Westminster yang dibawa oleh pemimpin dan pelobi internasional untuk kemerdekaan Papua, Benny Wenda.

Sementara itu, atas nama tujuh negara Pasifik (Vanuatu, Tonga, Palau, Tuvalu, Kepualauan Marshall, Nauru dan Kepulauan Solomon), Menteri Kehakiman Vanuatu Ronald Warsal pada awal Mei lalu melancarkan tuduhannya pada pemerintah Indonesia yang dinilai telah melakukan pelanggaran HAM serius terhadap orang asli Papua di sidang Dewan HAM PBB di Jenewa

Mengacu fakta diatas, besar kemungkinan ada keterlibatan asing, dalam kerusuhan Papua diantaranya adalah berupa dukungan untuk mendorong isu Papua di forum PBB, kemudian bantuan suaka politik, dan dana serta logistik.

Selain itu, banyak advokasi kelompok pro kemerdekaan Papua dari berbagai negara yang ikut menyuarakan Gerakan Papua Merdeka dengan mengangkat isu-isu pelanggaran HAM ke dunia internasional.

“Sehingga, dibutuhkan diplomasi antara Kementerian Luar Negeri dan negara-negara lain dalam mengusut keterlibatan pihak asing pada kerusuhan Papua,” katanya. (*)