Portal Nawacita

Bersatu Kita Maju

Juru bicara TPNPB OPM Sebby Sambom

Juru bicara TPNPB OPM Sebby Sambom

Juru Bicara TPNPB OPM Sebby Sambom Kembali Lempar Ancaman Melalui Media Sosial, Pertanda sedang Terdesak

portalnawacita.com – Sebuah unggahan audio di media sosial Facebook milik The TPNPB OPMnews bersama dengan sejumlah akun pendukung lainnya menampilkan siaran pers yang disebut dari Manajemen Markas Pusat Komando Nasional, Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) 2023 dibawah pimpinan Terryanus Satto. Konten yang diunggah 1 Februari lalu tersebut menampilkan suara dari juru bicara TPNPB OPM Sebby Sambom yang menyatakan bahwa menyikapi peristiwa yang terjadi terhadap kejadian 3 anggota polisi dan 1 prajurit TNI  hanyut terbawa air di pegunungan bintang Papua pegunungan. Maka dirinya perlu menyampaikan sebagai bangsa Papua yang berjuang untuk Papua adalah suatu hal yang tidak main-main.

Menurutnya, tanah Papua sepenuhnya milik bangsa Papua bukan milik Indonesia. Pihaknya berupaya menyelamatkan tanah Papua dari penjajahan yang dilakukan oleh Indonesia melalui sejumlah kebijakan hingga instruksi Presiden. Untuk itu, dirinya meminta dengan tegas kepada Presiden Jokowi agar hentikan pengiriman pasukan TNI ke Papua. Jika Indonesia main-main dengan bangsa Papua maka musibah demi musibah dipastikan akan datang. Jika Indonesia bersifat keras kepala maka lihat sendiri akibat yang akan terjadi. Di akhir pernyataannya, Sebby Sambom menyatakan bahwa Tuhan dan alam seisinya bersama bangsa Papua untuk merdeka.  

Jejak Sebby Sambom Sebagai Corong TPNPB OPM

Bukan Sebuah hal yang aneh atau menakjubkan jika seseorang yang mengaku sebagai juru bicara menyampaikan sesuatu yang kaitannya mewakili organisasi atau kelompok yang diwakilinya. Pernyataan yang bernada ancaman dari Sebby Sambom bukan hanya muncul sekali ini, namun telah berulang kali dan kerap berujung tak sesuai dengan apa yang dikatakannya. Hampir dipastikan setiap terjadi kejadian gangguan keamanan atau penyerangan yang dilakukan oleh TPNPB OPM selalu muncul nama Sebby Sambom yang seakan-akan bertanggung jawab terhadap peristiwa tersebut. Padahal tak ada apapun yang dilakukan pihaknya pasca penyerangan yang tak jarang memakan korban jiwa baik dari aparat maupun masyarakat sipil. Kata tanggung jawab benar-benar hanya sebuah istilah atau pengakuan akan penyerangan yang telah berhasil dilakukan. Bukan kemudian tanda kesediaan melakukan sesuatu atas konsekuensi penyerangan yang dilakukan. Menjadi pengetahuan dan pemahaman bersama bahwa situasi demikian tak lebih dari bentuk eksistensi semata.

Meski sering keluar sebagai corong TPNPB OPM yang memanfaatkan kemudahan unggahan konten di media sosial, ternyata jejak kelam seorang Sebby Sambom di dunia nyata bisa terbilang kompleks. Pada Agustus 2008, ia pernah ditahan lantaran turut merencanakan aksi mendukung peluncuran Parlemen Internasional untuk Papua Barat di London. Demi meminta pembebasan Buchtar Tabuni pasca acara tersebut, dirinya akhirnya juga ditahan dengan dakwaan atas tuduhan makar, konspirasi, dan menghasut publik menggunakan kekerasan terhadap aparat keamanan. Sebby Sambom dikenakan hukuman 2 tahun, dan bebas secara bersyarat pada 14 Desember 2009 sebelum menyelesaikan masa hukumannya. Sejumlah kasus lain juga pernah menjadi track record seorang Sebby Sambom. Pada tahun 2020, dirinya mengklaim bertanggung jawab atas penembakan Dosen UGM, Bambang Purwoko dan Sertu Faisal Akbat di Kampung Mamba Bawah Kabupaten Intan Jaya. Penembakan tersebut terjadi setelah dua korban beserta rombongan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) dalam perjalanan ke Sugapa, Ibu Kota Kabupaten Intan Jaya usai melakukan olah TKP penembakan Pendeta Yeremias Zanambani. Sebby Sambom juga pernah terlibat dalam penyerangan pos polisi di Paniai yang disertai perampasan senjata dipimpin oleh Anton Tabuni. Di sisi lain, nama Sebby Sambom juga tak bisa dilepaskan dari peristiwa saat dirinya mengancam akan membongkar persembunyian kelompok separatis dan teroris Papua. Hal tersebut sebagai respon dari tudingan Panglima KST Papua, Egianus Kogoya yang menyebut dirinya berjuang untuk diri sendiri.

Permainan Isu Hoaks untuk Adu Domba Pemerintah dan Masyarakat

Selain bermain gertakan dengan modus pernyataan selaku juru bicara TPNPB OPM, sisi lain seorang Sebby Sambom juga dikenal sebagai penyebar isu hoaks ulung. Utamanya berkaitan dengan situasi wilayah rawan di Papua. Terdapat sejumlah isu kejadian bersumber dari pernyataannya namun setelah dikroscek tidak benar atau tidak pernah terjadi. Strategi penggunaan isu hoaks selain untuk memicu keresahan publik, ternyata juga dilakukan sebagai upaya untuk berkelit dari sejumlah kesalahan yang pernah dilakukan. Sejumlah rentetan kejadian pernah menjadi jejak yang tak terlupakan dalam manuver kelompok separatis tersebut.

Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Kogabwilhan) III pernah meluruskan hoaks tentang tewasnya tiga wanita di Kabupaten Puncak Papua yang ditembak aparat militer Indonesia. Kabar tersebut beredar dari pemberitaan sebuah media online partisan. Kabar yang ternyata hoaks tersebut sengaja disebarkan oleh kelompok separatis Papua. Secara tegas, Kepala Penerangan (Kapen) Kogabwilhan III Kolonel Czi IGN Suristiawa mengatakan, tidak ada kejadian seperti yang diberitakan. Kelompok separatis OPM yang didukung oleh front politik dan klandestin di antaranya jurnalis, media dan pegiat media sosial secara aktif menyebarkan hoaks untuk menyudutkan pemerintah. Apabila teroris OPM membakar sekolah, membunuh guru dan menebar teror lain, pendukung mereka sengaja untuk berdiam dan tidak komentar apa-apa. Hoaks tersebut juga turut disebarkan oleh aktivis pro Papua merdeka dengan tujuan memfitnah tim gabungan TNI-Polri.

Dalam menjalankan aksinya, setidaknya terdapat 2 media online dimana pimpinan dan redakturnya sangat intens berhubungan dengan sosok Veronica Koman sebagai influencer. Setiap propaganda yang dimuat media pendukung kelompok separatis OPM, selalu menjadi bahan kicauannya di twitter. Penggiringan opini melalui hoaks dibuat untuk menarik perhatian publik, Pendukung separatis OPM juga pernah menyebar fitnah terkait hancurnya Gereja Kingmi yang bertujuan memprovokasi jemaat gereja, baik lokal, nasional, maupun internasional. Salah satu faktor strategi hoaks dilancarkan adalah karena terdesaknya posisi kelompok separatis.

Di lain kesempatan, juru bicara TPNPB-OPM, Sebby Sambom juga pernah menyebarkan isu yang menyebutkan bahwa TNI-Polri melempar bom ke perkampungan penduduk di Papua. Dalam tuduhannya, aparat dengan kekuatan penuh dilengkapi dengan pasukan khusus bernama Pasukan Setan menyerang perkampungan penduduk lokal di Ilaga. Terdapat 40 kali serangan udara dari TNI-Polri. Serangan tersebut diklaim menggunakan helikopter. Menanggapi hal tersebut, Kasatgas Humas Nemangkawi Kombes Pol Iqbal Alqudusy menegaskan, bahwa kabar tersebut adalah hoaks. Dirinya mengimbau agar masyarakat tidak mempercayai informasi tersebut. Menurutnya, Sebby Sambom adalah juru bicara yang sudah tidak diakui lagi oleh TPNPB.

Sebelumnya Sebby Sambom juga sempat mengklaim bahwa aparat keamanan TNI-Polri telah menewaskan remaja berusia 17 tahun. Padahal, nyatanya dua anggota Kelompok Separatis Papua yang tewas dalam kontak senjata dengan TNI-Polri dipastikan telah berusia dewasa. Hal tersebut dibenarkan oleh Kapolres Mimika AKBP I Gustri Era Adinata. Sebby secara sengaja telah menebar hoaks soal tewasnya remaja berusia 17 tahun, untuk memunculkan kesan negatif terhadap TNI-Polri.

Ketegasan Panglima TNI Gunakan Pendekatan Kekerasan dalam Melawan Kelompok Separatis di Papua

Seperti sedang merespon peringatan Sebby Sambom yang ditujukan kepada Presiden Jokowi. Panglima TNI Laksamana Yudo Margono menegaskan bahwa pasukannya akan tetap menggunakan pendekatan keras untuk melumpuhkan para separatis di daerah rawan di kawasan Papua. Hal tersebut dijelaskan saat rapat kerja dengan Komisi I DPR 2 Februari 2023 kemarin. Dijelaskan bahwa sebenarnya terdapat dua pendekatan yang digunakan TNI terkait keamanan di Papua. Pertama, pendekatan yang lembut (soft approach) yaitu lewat budaya dan tokoh-tokoh masyarakat khususnya di daerah yang tingkat kerawanannya masih kondusif. Pendekatan kedua, di daerah yang tingkat kerawanan tinggi, pasukan TNI akan tetap menggunakan pendekatan yang keras (hard approach) untuk menghadapi ancaman keamanan. Dijelaskan pula bahwa TNI telah memetakan daerah-daerah rawan terjadi konflik dan tingkat kerawanan tinggi. Panglima TNI juga akan menambah 800 personel di wilayah Papua sebagai persiapan pembentukan markas komando militer di 4 Daerah Otonomi Baru (DOB) Papua.

Sebelumnya, sejumlah pihak telah merespon kepemimpinan Panglima TNI Yudo Margono dalam penanganan masalah separatis Papua secara optimis. Salah satunya datang dari Direktur Eksekutif Lembaga Pemilih Indonesia (LPI), Boni Hargens yang menilai bahwa TNI merupakan kekuatan sentral yang mengantisipasi spektrum ancaman sepanjang tahun 2023 ke depan terutama separatisme Papua. Keputusan Presiden Jokowi memilih Laksamana Yudo Margono sebagai Panglima TNI diharapkan dapat memberikan perspektif baru dalam menghadapi kerawanan situasi nasional sepanjang tahun 2023 termasuk di Papua.

__

Agus Kosek

(Pemerhati Masalah Papua)