Hingga saat ini, kondisi di wilayah Papua sedikit banyak masih dipengaruhi oleh aksi dari Kelompok Separatis dan Teroris dengan misi tuntutan kemerdekaan Papua. Tak hanya aksi gangguan keamanan hingga mengakibatkan korban jiwa baik dari aparat maupun warga sipil secara kejam. Sejumlah propaganda negatif terhadap pemerintah juga terus digaungkan, baik melalui pernyataan memanfaatkan kemudahan berjejaring di media sosial, ataupun melalui unggahan dengan jenis pemberitaan maupun opini di portal media online. Setidaknya terdapat tiga tokoh sentral yang kerap memainkan propaganda isu kemerdekaan Papua melalui media. Ketiganya, yakni Socratez Yoman yang merupakan seorang pendeta yang secara terang-terangan berpihak pada KST Papua serta aktif menuliskan sejumlah opini pada portal media online. Kemudian ketua TPNPB-OPM, Jeffrey P. Bomanak yang kerap menuliskan pernyataan provokatif pada media sosial Facebook, serta juru bicara TPNPB OPM, Sebby Sambom yang juga aktif dalam media sosial Facebok dan juga kerap diangkat menjadi pemberitaan oleh media online partisan. Dalam memainkan narasinya, ketiga aktor tersebut selalu memposisikan bahwa Papua merupakan daerah terjajah oleh Indonesia yang kemudian disebut sebagai kolonial, menolak sejumlah kebijakan seperti Otsus dan pemekaran DOB, serta menyudutkan pemerintah dalam mengirim pasukan militer sebagai upaya mengatasi aksi gangguan keamanan yang mereka lakukan. Pada intinya, narasi berbentuk playing victim bahkan provokatif hingga labeling masih menghiasi timeline media sosial maupun unggahan di media online.
Dalam sejumlah kesempatan, selain ketiga aktor tersebut, masih terdapat beberapa pihak, baik yang secara terang-terangan nyata menunjukkan identitasnya maupun yang bersifat anonymous, seperti melalui akun twitter ataupun kanal Youtube yang mengemas diri seperti layaknya media massa atau portal berita. Kasus terbaru, terdapat konten video dari kanal Youtube bernama Kalam Kristus yang juga disiarkan ulang oleh Mambruk_Channel bertajuk Paradox Papua. Konten tersebut sempat menjadi pembicaraan publik karena menampilkan tokoh-tokoh kontroversial berikut dengan sejumlah pernyataannya yang bersifat provokatif. Program yang dibawakan oleh Bishop Dr. Joshua Tewuh tersebut dalam salah satu episodenya membahas tokoh separatis yang dalam kisah Mahabarata disebutnya sebagai sengkuni bangsa Papua, yakni Saul Y Bomay. Paradox Papua sendiri dalam keterangan di running text video tersebut disebut sebagai salah satu program sekaligus ruang diskusi demokrasi yang diklaim terbuka untuk semua kalangan tanpa pandang bulu. Sebuah permainan kata-kata untuk menghindari justifikasi dan subjektifitas dari program yang melibatkan tokoh bermasalah. Diindikasi motif yang ingin ia tuju ketika mengunggah sejumlah konten berkaitan dengan Papua adalah demi diferensiasi produk, atau keinginan untuk melebarkan audiens agar lebih banyak viewers. Namun strateginya melibatkan para tokoh separatis adalah kesalahan besar yang tidak dipikirkan mengenai dampak yang akan terjadi. Sebagai seorang pendeta, tidak semestinya dirinya memprovokasi publik atau berpolitik untuk kepentingan tertentu.
Di samping itu, pola yang berulang juga ditemukan pada simpatisan kelompok separatis dalam melakukan propaganda memanfaatkan kemudahan bermedia. Sejumlah narasi provokatif mendiskreditkan hingga memojokkan pemerintah kerap dijumpai dan bermunculan di lini massa media sosial ataupun pemberitaan dengan framing yang tak seimbang. Para simpatisan tersebut terus berupaya memutarbalikkan fakta bahwa pemerintah Indonesia sebagai penjajah tanah Papua sembari mengklaim bahwa mayoritas masyarakatnya menginginkan untuk lepas dari Indonesia.
More Stories
Penanganan Separatisme Papua: Mengamankan Wilayah dan Memahami Dinamikanya
Menangani Konflik Separatis di Papua: Kunci Keamanan dan Penyelesaian yang Holistik
Menyikapi Konflik Separatis di Papua: Mendorong Keamanan dan Penyelesaian Holistik