portalnawacita.com – Entah apa yang terlintas dalam benak para anggota kelompok separatis Papua hingga harus menitipkan sepucuk surat melalui seorang pilot yang sedang mendarat di Mimika.
Diketahui berdasarkan pemberitaan di sejumlah media pada 16 Maret 2023 sekitar pukul 08:57 WIT, di bandara distrik Jila, Kabupaten Mimika terdapat peristiwa penyerahan surat yang diberikan oleh seseorang yang mengaku anggota KST Papua Wilayah Timika, Antonius Aim kepada seorang pilot pesawat Porter Pilatus Pc-6/PK-BVC Susi Air yang sedang melaksanakan penerbangan dengan rute Timika-Jila PP. Pilot berkebangsaan Afrika Selatan bernama Luke Theo Rofle tersebut didatangi oleh seseorang kemudian memberikan kantung plastik warnah merah berisi surat pernyataan. Surat yang berjumlah 4 lembar dengan kop surat Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) tersebut pada intinya berisi permintaan kepada PBB agar terlibat dalam negosiasi terkait penyanderaan pilot Susi Air dengan tujuan akhir pengakuan kemerdekaan Papua. Surat tersebut juga tertuju pada Presiden Indonesia, Joko Widodo agar segera ikuti UUD 1945 bahwa kemerdekaan ialah hak segala bangsa termasuk kepada bangsa Papua Barat. Selanjutnya, sang pilot dibiarkan untuk terbang kembali menuju Timika dengan membawa surat yang telah dititipkan.
Peristiwa tersebut dibenarkan oleh Komandan Satgas Ops Damai Cartenz, Kombe Pol Faizal Ramadhani. Adanya momentum penyerahan surat terdokumentasikan dalam sebuah video. Nampak terlihat salah satu anggota KST Papua memegang senjata api laras panjang. Dijelaskan bahwa berdasarkan penghimpunan informasi dalam penyerahan surat tersebut, sang pilot tidak mendapat perlakuan kasar sedikitpun. Pihak aparat hingga kini masih mendalami asal dan keberadaan kelompok yang memberikan surat tersebut. Pasalnya, saat ini KST Papua tidak selalu bergerak dalam satu koordinasi, mereka bisa bergerak secara parsial tanpa komando. Untuk diketahui bahwa berdasarkan data yang dimiliki aparat keamanan, wilayah Jila Kabupaten Mimika merupakan daerah perlintasan Mimika-Nduga. Peristiwa gangguan keaman di wilayah tersebut terakhir terjadi pada tahun 2019 lalu. Pihak aparat keamanan masih terus mencari tahu, apakah oknum yang menyerahkan surat tersebut adalah bagian dari kelompok sebelumnya.
Jika penyerahan surat tersebut memang berkaitan dengan insiden penyanderaan pilot Susi Air oleh Egianus Kogoya. Dimana sebelumnya pernah meminta pemerintah memberikan uang, senjata api, serta amunisi sebagai syarat pembebasan sang Pilot. Namun hingga kini permintaan tersebut tak diladeni oleh pemerintah Indonesia. Insiden penyanderaan yang telah berlangsung lebih dari sebulan tersebut kemudian melebar isunya berkaitan dengan upaya untuk mendapatkan pengakuan kemerdekaan Papua.
TNI Upayakan Negosiasi dalam Proses Pembebasan Pilot Susi Air
Hingga kini, proses pembebasan pilot Susi Air masih terus dilakukan oleh aparat keamanan melibatkan berbagai pihak. Pernyataan terbaru datang dari kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI, Laksamana Muda TNI Krisdiyanto kepada awak media bahwa TNI memilih upaya negosiasi dalam proses pembebasan. Keputusan tersebut mengikuti kebijakan pemerintah bahwa negosiasi menjadi pilihan pertama untuk mengedepankan keselamatan sandera, meskipun langkah tersebut membutuhkan waktu yang relatif lebih lama jika dibandingkan dengan tindakan eksekusi.
Satgas TNI telah mengetahui beberapa titik yang dicurigai sebagai tempat keberadaan kelompok separatis melalui teknologi pesawat udara maupun tim intelijen. Pihak TNI juga hingga saat ini tidak mengambil tawaran yang telah disampaikan oleh duta besar Selandia Baru dalam misi penyelamatan Pilot Susi Air. Sebelumnya, pihak TNI melalui Kapuspen juga pernah mengungkapkan mengapa hingga kini belum dilakukan eksekusi kepada kelompok separatis pimpinan Egianus Kogoya karena beberapa pertimbangan. Salah satunya berkait adanya upaya negosiasi pemerintah daerah yang hingga kini masih terus diupayakan. Upaya negosiasi juga sejak awal menjadi permintaan dari pemerintah Selandia Baru. Pihak aparat gabungan tidak bisa bertindak gegabah menindak gerombolan kelompok separatis karena mereka sering menjadikan masyarakat sebagai tameng hidup.
Penitipan Surat jadi Indikasi Keterdesakan KST Papua Merespon Upaya Pencarian Pilot Susi Air oleh Aparat Gabungan
Upaya pencarian oleh aparat gabungan yang dilakukan secara meluas seperti menjadikan para kelompok separatis ini gerah dan terganggu. Salah satunya di wilayah Kuyawage kabupaten Lanny Jaya, dimana berdasarkan hasil pencarian terdapat beberapa orang yang diindikasi memiliki hubungan dengan Egianus Kogoya. Bahkan pihak kelompok separatis tersebut sampai menunggangi kelompok mahasiswa untuk melakukan aksi pernyataan sikap memprotes pemerintah agar menghentikan intimidasi, interogasi, teror dan ancaman terhadap warga sipil pengungsi Nduga yang ada di Kuyuwage.
Pernyataan sikap tersebut diklaim sebagai rasa kepedulian tentang kemanusiaan, kebebasan, dan keadilan. Namun sepertinya mereka lupa atau sengaja tidak menggubris, bahwa apa yang dilakukan oleh aparat TNI-Polri di sejumlah wilayah yang tersebut merupakan bagian dari upaya membebaskan Pilot Susi Air yang disandera oleh OPM pimpinan Egianus Kogoya. Sadar atau tidak, pernyataan sikap yang mereka sampaikan memiliki tendensi terhadap eksistensi kelompok separatis Papua.
Fenomena penitipan surat kepada pilot Susi Air di Mimika dalam rangka menebus pilot Susi Air yang disandera serta tujuan akhir pengakuan kemerdekaan adalah pengingkaran dari apa yang sebenarnya telah disampaikan berulang oleh mereka sendiri. Selama ini, kelompok separatis atau afiliasinya yang berada di ranah kelompok pemuda atau mahasiswa selalu menyerukan adanya dialog dengan pemerintah Indonesia. Lalu, apa maksud mereka menitipkan sebuah surat yang tidak bisa dipastikan sampai kepada yang dituju. Modus penitipan surat juga seperti menjadi penanda bahwa mereka main belakang, padahal pemerintah Indonesia telah mengambil langkah kebijakan melalui jalur negosiasi. Sayangnya, mereka malah merespon dengan penitipan surat.
Disamping itu, perlunya evaluasi kepada pihak aparat keamanan khususnya yang bertugas menjaga lapangan terbang atau bandara. Pasalnya orang yang menitipkan surat tersebut diketahui bersenjata laras panjang. Normalnya, wilayah tersebut harus steril dari orang selain yang berkepentingan, apalagi kelompok separatis. Beruntung ketika pilot yang dititipi pesan tidak kemudian diancam atau diperlakukan seperti pilot Susi Air sebelumnya.
__
Agus Kosek
(Pemerhati Masalah Papua)
More Stories
Menteri-Menteri Jokowi Apresiasi Gedung PYCH
Optimalkan Lahan Tidur, Kementan Siapkan Keerom Jadi Sentra Komoditas Jagung Nasional
Irwan Putra Sulsel Tewas Ditangan OTK, Lokasi Penembakan Persis di Tengah Kota