Portal Nawacita

Bersatu Kita Maju

Gelar FGD Penguatan Moderasi Beragama dan Ideologi Pancasila, Polda Lampung Hadirkan Ken Setiawan

Direktorat Pembinaan Masyarakat Polda Lampung mengadakan Focus Grup Discussion (FGD) dengan tema penguatan moderasi beragama dan Ideologi Pancasila Dalam Mencegah dan Menanggulangi Paham Radikal dan Terorisme Demi Terciptanya Situasi Kamtibmas yang Kondusif Menjelang Pilpres 2024, di Hotel Bukit Randu Bandar Lampung, Rabu (15/03/2023).

Kegiatan dibuka oleh Direktur Binmas Polda Lampung Kombes Pol Anang Triarsono, S.I.K., M. Si dan dihadiri oleh Perwakilan dari Kaban Kesbangpol, Kakanwil Kemenag, MUI, Perwakilan guru, Organisasi Senkom, Pokdar Kamtibmas, dan paguyuban Pujakusuma Lampung. 

Dalam sambutanya Kombes Anang mengajak tokoh masyarakat dan tokoh agama turut berpartisipasi mengantisipasi penyebaran paham radikal dan anti Pancasila, demi menjaga keutuhan NKRI.

Narasumber dalam kegiatan FGD adalah Ken Setiawan Pendiri NII Crisis Center dan KH Abdul Syukur Dekan Fakultas Dakwah UIN Raden Intan Lampung. 

Sengaja dihadirkan mantan pelaku Radikal yang kini mendirikan NII Crisis Center Ken Setiawan yang juga aktif menjabat sebagai Kepala Bidang Pemuda dan Pendidikan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Lampung tentunya agar masyarakat menyadari betapa bahayanya paham intoleransi dan radikalisme yang mengatasnamakan agama,  agar masyarakat waspada. Tambah Kombes Anang.

“Perlu dipahami oleh kita semua, bahwa dalam penyelenggaraan keamanan diperlukan partisipasi seluruh komponen masyarakat. Saat ini ancaman radikalisme dan anti Pancasila sudah memprihatinkan serta menjadi perhatian semua pihak,” katanya.

Kombes Anang mengatakan bahwa tokoh masyarakat, tokoh agama bisa mengambil bagian untuk mencegah gangguan Kamtibmas di masyarakat.

Sementara itu, narasumber dari NII Crisis Center Ken Setiawan menyampaikan bahwa saat ini orang-orang yang terjebak dalam paham radikalisme, intoleransi dan anti Pancasila akibat salah bergaul atau salah memilih guru, sehingga terpapar. 

Biasanya orang yang terpapar itu adalah orang yang semangat belajar agama tapi ketemu dengan guru yang salah, lalu indikasinya mulai menganggap dirinya paling benar dan menyalahkan kelompok lain. 

Ibarat seorang yang sedang naik ke puncak gunung sendirian, biasanya akan merasa jalan yang di lalui seolah paling benar, tapi ketika sampai di puncak gunung biasanya menyadari setelah melihat kebawah bahwa ternyata ada banyak jalan menuju ke puncak tersebut, ternyata ada jalan yang dari utara, selatan, timur dan barat, bukan hanya jalan yang dilaluinya. 

Ken menjelaskan bahwa paham radikalisme itu bisa menimpa siapa saja dan tidak dimonopoli oleh satu agama tertentu, dia akan muncul disuatu negara yang mayoritas, dan kebetulan di Indonesia mayoritas agamanya Islam, jadi jika ada yang ketangkap Densus 88 ketika di cek KTP ternyata agamanya Islam. 

Ken juga menyampaikan bahwa banyak masyarakat yang belum paham dengan definisi radikalisme, sehingga banyak yang memvonis orang dengan ciri ciri tertentu dengan sebutan radikal.

Padahal radikalisme sejatinya adalah sebuah paham yang menginginkan sebuah perubahan sosial politik dengan cara yang keras, ekstrem dan drastis, mereka itu orang yang kecewa dan kekecewaannya tidak terakomodir sehingga dia memilih jalan pintas yang Radikal.

Radikalisme dan Terorisme itu menurut Ken sejatinya adalah musuh agama dan musuh negara karena tidak ada satupun agama yang membenarkanya. 

Ken menyebut, jelang pilpres 2024 kemungkinan besar persoalan intoleransi dan radikalisme akan meningkat. diharapkan masyarakat waspada terhadap informasi yang diterima, jangan sampai menjadi korban hoax atau bahkan menjadi pelaku karena turut menyebarkan informasi yang salah. 

Bijak dalam bermedia sosial, cek dan ricek jika menerima informasi, tabayyun, saring dulu sebelum share dan yang pasti bila ada informasi hoax dan provokatif harus dilawan, orang baik jangan diam, segera laporkan ke aparat bila ada yang terindikasi melakukan penyebaran hoax dan provokasi agar pontensi konflik bisa segera cegah dan diselesaikan. Tutup Ken.